Buku ‘Membawa Tas Belanja’ merupakan buku perdana seri topik ekonomi sirkuler yang ditujukan untuk melatih anak belajar membaca. Buku ini termasuk buku berjenjang level A untuk anak usia 5-7 tahun. Buku ini mengangkat salah satu prinsip R dari 9R dalam ekonomi sirkuler, yakni ‘Reduce’. Dalam buku, ditampilkan tokoh anak yang sesuai dengan karakateristik pembaca dengan membawa tas belanja ke manapun mereka, seperti ke warung, pasar, supermarket, dan tempat lainnya.

Prinsip reduce menjadi prinsip yang penting untuk dipahami dan dibiasakan kepada anak-anak. Hal ini berkaitan dengan fenomena saat ini dimana mayoritas masyarakat telah terbiasa dengan budaya plastik sekali pakai dalam setiap aktivitas konsumtif mereka. Dalam sehari saja, setiap individu bisa menghasilkan sampah kantong plastik dalam jumlah banyak manakala mereka tidak membawa tas belanja. Ditambah dengan persoalan sampah plastik di Indonesia saat ini yang belum selesai, menjadi titik balik untuk seharusnya bisa menerapkan semangat reduce. Alasan mengapa melibatkan anak-anak dalam mengurangi sampah sangat penting:

Kantong plastik diproduksi hanya dalam hitungan detik, digunakan untuk 20 menit, dan membutuhkan waktu hingga 300 tahun untuk terurai di alam (Alameddine, 2020).

Artikel ini ditulis dalam rangka memenuhi Syarat Kelulusan Program Kepemimpinan SDG Angkatan 5 yang diselenggarakan oleh SDG Academy Indonesia, UNDP Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas, dan Tanoto Foundation pada Oktober 2023 s.d. Maret 2024.

Ika Feni Setiyaningrum

Dosen Prodi Ilmu Lingkungan, UIN Raden Mas Said Surakarta

Amat miris apabila plastik semakin menjadi timbunan problem di berbagai TPA yang menggunung di berbagai wilayah. Butuh komitmen kuat bagi setiap individu untuk secara sadar mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Menurut data dari SIPSN (2022), plastik menempati presentase tertinggi kedua dalam komposisi sampah yang dihasilkan di Indonesia, yakni sebesar 18%. Sedangkan, dilihat dari sumber sampahnya, maka rumah tangga menjadi sumber terbesar timbulan sampah di Indonesia (38,3%). Fakta ini menjadi pemantik bagi kita untuk berupaya sekuat tenaga memotivasi diri untuk mengurangi konsumsi plastik sejak dari rumah. Mengedukasi dan mendidik anggota keluarga, termasuk anak-anak menjadi upaya yang terus diikhtiarkan dalam rangka menjaga bumi agar berkelanjutan.

Sumber data: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

Tas Belanja atau reusable bag merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menerapkan prinsip reduce. Membawa tas belanja atau reusable bag kapanpun dan dimanapun dapat mengurangi timbulan sampah yang berakhir di TPA. Sebenarnya kantong plastik, khusus kantong plastik non-aluminium foil, dapat didaur ulang. Sampah plastik dapat dikumpulkan dan disalurkan melalui kegiatan bank sampah. Sayangnya, tingkat partisipasi masyarakat untuk bergabung ke dalam bank sampah juga masih rendah (Amalia, 2020; Martha & Nisa, 2021; Saputra et al., 2022). Oleh karenanya, menerapkan reduce menjadi alternatif lain dan solusi yang lebih efektif dalam rangka mengurangi keberadaan sampah plastik. Meskipun dalam praktiknya, banyak tantangan yang dialami dalam membiasakan penggunaan tas belanja ini. Faktor lupa karena belanja di luar rencana adalah salah satunya. Menurut pengalaman pribadi penulis, ini yang sering terjadi. Oleh karenanya memang perlu untuk membuat daftar rencana belanja agar panen plastik sekali pakai dapat diminimalisir. Selain itu, faktor persepsi ketidakpraktisan atau keterbatasan kepemilikan reusable bag adalah tantangan lain yang harus ditaklukkan untuk memulai kebiasaan reduce ini.

Hasil riset Ekasari et al. (2021) menunjukkan bahwa environmental knowledge, healthy lifestyle and sustainability, serta norma moral mempengaruhi sikap terhadap reusable bag yang berujung pada niat untuk menggunakannya. Environmental knowledge salah satunya dapat ditumbuhkan dari adanya referensi bacaan yang disuguhkan kepada anak-anak. Kehadiran buku seri ekonomi sirkuler ‘Membawa Tas Belanja’ harapannya menjadi salah satu referensi untuk membangkitkan motivasi dan pengetahuan mengenai kesadaran lingkungan.

Membiasakan untuk menolak kantong plastik seolah terasa berat karena masyarakat telah terlena dengan budaya praktis. Oleh karenanya, sejak dini menjadi PR Bersama untuk mengajak anak-anak memulai kebiasaan membawa tas belanja sendiri. Membangun kebiasaan memang tak mudah, tetapi itu mungkin dan pasti bisa untuk dilakukan. Motivasi untuk menjaga bumi agar terus berkelanjutan bagi generasi masa depan adalah salah satu pemantik agar kebiasaan ramah lingkungan terus diikhtiarkan dan dipraktikkan. Meski terlihat sepele ketika hanya dilakukan oleh individu, tetapi tentu itu akan berdampak akumulatif apabila dilakukan secara bersama-sama. (ika.fs)

Referensi
  • Alameddine, H. (2020). Promoting sustainable customer behavior: The effects of eco-bags use in a lebanese supermarket. IOSR Journal of Business and Management, 22(7), 38–44. https://doi.org/10.9790/487X-2207053844
  • Amalia, S. (2020). Faktor Yang Menghambat Partisipasi Masyarakat Pada Program Bank Sampah Di Kota Yogyakarta. Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi, 17(2), 306–323. https://doi.org/10.31113/jia.v17i2.613
  • Ekasari, A., Rahayu, F., & Diamanta, A. (2021). Understanding Attitude towards Reusable Bag: Its Antecedents and Consequences. International Journal of Science and Society, 3(3), 186–197. https://doi.org/10.54783/ijsoc.v3i3.364
  • Martha, E., & Nisa, C. (2021). Hubungan Partisipasi Masyarakat terhadap Aktivitas Bank Sampah. Public Health and Safety International Journal, 1(02), 16–26. https://doi.org/10.55642/phasij.v1i02.114
  • Saputra, T., Nurpeni, N., Astuti, W., Harsini, H., Nasution, S. R., Eka, E., & Zuhdi, S. (2022). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Bank Sampah. Jurnal Kebijakan Publik, 13(3), 246. https://doi.org/10.31258/jkp.v13i3.8073
  • SIPSN. (2022). GRAFIK KOMPOSISI SAMPAH. https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/